Untitled
Kehidupan.
Sebenarnya semenjak
kita dilahirkan, semenjak itu pula kita sudah dihadapkan dengan takdir, entah
takdir itu baik atau buruk, ataupun takdir itu ada diantara baik dan buruk.
(Bingung gak sih?) Contoh dari takdir antara baik dan buruk itu mungkin adalah
kematian, sebagian orang menganggapnya sebagai hal yang menyeramkan, menurut
saya, pemikiran seperti itu sungguhlah pemikiran seorang awam yang belum kuat
dasar agamanya, saya pribadi juga mengakui bahwa pemahaman saya terhadap
Al-Islam masih belum luas.
Seseorang yang
sedang berjuang melawan penyakitnya, dan akhirnya meninggal.
Mungkin bagi
keluarga yang ditinggalkan akan sangat merasa kehilangan dan menganggap bahwa
takdir ini termasuk takdir buruk, namun baginya yang meninggal dunia, itu hal
paling baik yang Allah berikan agar rasa sakitnya di dunia bisa berakhir.
Terlalu jauh sepertinya jika
harus berbicara tentang kematian, toh umur saya juga masih 17an, masalah
tentang hidup atau mati biarlah yang maha kuasa yang mengatur. “Beribadah
seolah esok akan meninggal, bekerja untuk dunia seolah hidup selamanya.” Itu
prinsip yang saya pegang.
Hidup saya.
Sama seperti kebanyakan anak
sekolah lainnya. School stuff, such as homework, tasks, teacher’s advices,
teacher’s anger, teachers you hate. Seperti itulah kehidupan anak sekolahan,
khususnya tahun ketiga seperti saya.
Tahun ketiga.
Sebenarnya saya tidak
benar-benar menyukai fase ini, saat dimana saya dituntut harus menguasai SEMUA
pelajaran, demi melewati ujian nasional, dan mengabaikan apa yang saya sukai,
menghilangkan hal yang sudah menjadi passion saya, itulah potret lembaga
pendidikan. Matematika, Fisika, Kimia, Biologi, Bahasa Indonesia, Bahasa
Inggris, dan yang lainnya. Semua monster itu meminta untuk dijinakkan, what can
I do?
Tuntutan untuk bisa menguasai semua pelajaran. Mungkin jika masa depan ditentukan oleh kemampuan semua pelajaran tersebut, saya sudah pasti akan berada di pinggir-pinggir jalan untuk meminta-minta pada 10 tahun kedepan. Suram, that’s the exact word to describe my future.
Belum lagi dengan ucapan Ibu saya Beberapa waktu yang lalu.
Beliau mengatakan
perihal perguruan tinggi yang akan saya pilih, dan guess what? I think I ain’t
the only person here who has ever felt this. Beliau bilang bahwa saya akan
menunggu 1 tahun lagi bila saya tidak diterima di perguruan tinggi negeri
manapun.
Oh, God.
Oh, God.
Saya sangat
memahami bahwa semua ini berkat faktor ekonomi, uang memang bukan segalanya,
tapi segala sesuatu perlu uang. I totally understand this.
Saya hanya bisa berdoa dan berusaha.
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda