Sabtu, 18 Oktober 2014

Untitled

Kehidupan.
Sebenarnya semenjak kita dilahirkan, semenjak itu pula kita sudah dihadapkan dengan takdir, entah takdir itu baik atau buruk, ataupun takdir itu ada diantara baik dan buruk. (Bingung gak sih?) Contoh dari takdir antara baik dan buruk itu mungkin adalah kematian, sebagian orang menganggapnya sebagai hal yang menyeramkan, menurut saya, pemikiran seperti itu sungguhlah pemikiran seorang awam yang belum kuat dasar agamanya, saya pribadi juga mengakui bahwa pemahaman saya terhadap Al-Islam masih belum luas.

Seseorang yang sedang berjuang melawan penyakitnya, dan akhirnya meninggal.
Mungkin bagi keluarga yang ditinggalkan akan sangat merasa kehilangan dan menganggap bahwa takdir ini termasuk takdir buruk, namun baginya yang meninggal dunia, itu hal paling baik yang Allah berikan agar rasa sakitnya di dunia bisa berakhir.

Terlalu jauh sepertinya jika harus berbicara tentang kematian, toh umur saya juga masih 17an, masalah tentang hidup atau mati biarlah yang maha kuasa yang mengatur. “Beribadah seolah esok akan meninggal, bekerja untuk dunia seolah hidup selamanya.” Itu prinsip yang saya pegang.

Hidup saya.
Sama seperti kebanyakan anak sekolah lainnya. School stuff, such as homework, tasks, teacher’s advices, teacher’s anger, teachers you hate. Seperti itulah kehidupan anak sekolahan, khususnya tahun ketiga seperti saya.

Tahun ketiga.
Sebenarnya saya tidak benar-benar menyukai fase ini, saat dimana saya dituntut harus menguasai SEMUA pelajaran, demi melewati ujian nasional, dan mengabaikan apa yang saya sukai, menghilangkan hal yang sudah menjadi passion saya, itulah potret lembaga pendidikan. Matematika, Fisika, Kimia, Biologi, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, dan yang lainnya. Semua monster itu meminta untuk dijinakkan, what can I do?

Tuntutan untuk bisa menguasai semua pelajaran. Mungkin jika masa depan ditentukan oleh kemampuan semua pelajaran tersebut, saya sudah pasti akan berada di pinggir-pinggir jalan untuk meminta-minta pada 10 tahun kedepan. Suram, that’s the exact word to describe my future.

Belum lagi dengan ucapan Ibu saya Beberapa waktu yang lalu.
Beliau mengatakan perihal perguruan tinggi yang akan saya pilih, dan guess what? I think I ain’t the only person here who has ever felt this. Beliau bilang bahwa saya akan menunggu 1 tahun lagi bila saya tidak diterima di perguruan tinggi negeri manapun.
Oh, God.

Saya sangat memahami bahwa semua ini berkat faktor ekonomi, uang memang bukan segalanya, tapi segala sesuatu perlu uang. I totally understand this.

Saya hanya bisa berdoa dan berusaha.

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda