Minggu, 23 Agustus 2020

Nakya

Gadis itu, Nakya.
Meramu keberadaan diri dengan serba-serbinya: jongkok, duduk, dan bersender di atas kursi.
Kakinya tidak berhak, tetapi tumitnya disangga bawah kursi.
Berjam-jam, berhadapan dengan laptopnya.

Gadis itu, bergelimang kesulitan diri.
Berkali-kali melamar, berbeda-beda lokasi, tetapi tiada respons sampai puluhan tanggal.
Memang belum berjodoh dengan partikelir, apalagi kedinasan.
Uang darurat makin tipis, sehingga darurat hidupnya pula.

Hai, Nakya.
Benalu bagi republik, itu katamu kalau sedang lelah.
Berapa puluh aplikasi kerja telah diupayakan.

Tetapi, suatu hari, terdengar suaramu dari indekos sempit itu:

"Aku bergelimang privilese!"

Lantas, ia mempraktekkannya langsung:
Menatap mi instan, membauinya, lantas mulai melahap dan merasakan bawah mangkuknya yang hangat--sampai isapan kuah yang terdengar di telinga.

Label: ,

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda