Minggu, 05 Desember 2021

Kilat Akan Selalu Mendahului Gemuruh

Waktu itu langit adalah orkestra petasan penuh cekcok. Siapa pun yang jemurannya belum diangkat, kuucapkan turut berduka cita.

“Tidak ada kunang-kunang di Manhattan,“ begitu kata congormu kalau sudah lelah dengan langit-langit Depok.

“Olenka mungkin bakal berasa lebih memuaskan,” begitu saja kubalas.

Kamu tersenyum, aku buyar tak terperikan. Belum ada orang yang terpukau selama satu dasawarsa, hanya aku kalau bersama kamu.

Kami membicarakan gerak-gerik belalang sembah, seekor kucing yang tidak bertanggung jawab terhadap tahinya, sampai kematian Jeon Mi-Seon di langit-langit kamarnya.

“Kita ini gemuruh,” katanya sambil mengelus buku Umar Kayam, “takkan dapat mendahului kilat.”

Untuk seseorang yang mempermasalahkan pada situasi seperti apa ‘telinga’ dan ‘kuping’ seharusnya digunakan, omongan ini cukup menggelikan kalau keluar dari mulutnya. Oleh karena itu, ingin rasanya menempeleng kepalanya dengan lemah lembut.

“Wah, bacotmu keren sekali!” balasku.

Dan satu dasawarsa dilanjutkan melalui Wuthering Heights sampai Weathering Bersama Kamu. Kita hanya berisik, tidak menyilaukan sama sekali, tetapi itu sudah lebih dari cukup karena gemuruh kita berdua sehebat langit-langit Depok. Marilah mengangkat jemuran kalau kami berdua sudah bertemu.

Label:

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda