Minggu, 18 Oktober 2020

Masihkah Ada Keajaiban Untuk Orang-orang Biasa?

Sebenarnya, seberapa deras hujan yang datang dari atas langit itu? Satu-satunya cara, adalah melepas payung dan menyaksikannya sendiri, tetapi kalau tak ingin, yang dapat dilakukan hanyalah menerka bising yang diciptakan.

Aku dapat melihat derasnya dari payungku yang tembus pandang. Ketakutan yang membabi buta terhadap masa depan. Namun, itu semua tak dapat kusaksikan dari payungku yang tembus pandang sekalipun.

Langit tak sependek langit-langit kamarku. Tiba-tiba, langit-langitku kejatuhan bintang. Sebuah tempelan dari kertas putih.

Mengapa aku diperbolehkan bermimpi, kalau di ujung jalan yang kutemui hanyalah pupus asa. Apakah hanya hikmah yang menjadi hak untuk kupetik, tanpa imbalan sama sekali?

Mengapa kita diperbolehkan bermimpi, kalau sebenarnya kehadiran kita tidak signifikan sama sekali. Kita hanyalah angka-angka dalam sensus penduduk. Dapatkah berbelas kasih terhadap itu semua, selagi menunggu usia kembali petang.

Label:

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda