Jumat, 15 Mei 2015

Balada Telur Busuk

Bayangkan suasana kelas pagi, dengan cuaca yang agak mendung, hawa malas & ditambah pelajaran matematika di awal pagi. Lengkap sudah deretan list of excuses kenapa hari itu kami semua harus bermalas ria, tidak semua murid sih seperti ini, ada beberapa yang antusias dengan pelajaran matematika.

Kebetulan pagi itu adalah giliran saya piket, dan sialnya saya satu-satunya laki-laki yang ada di jadwal piket hari itu, great.

Partner piket saya pagi itu, sebut saja namanya mawar, iya, sebut saja namanya mawar. Bukan karena dia masuk reportase investigasi, namun karena kelakuannya yang cocok sekali dengan penjual-penjual jail dipasar.

Oya.
Marilah kita fokus kepada pekerjaan saya pagi itu sebagai babu petugas piket. Saya mulai menyisiri setiap penjuru kelas, mencari-cari sampah yang ada.
Seketika, si mawar berteriak bagaikan mendapat doorprize kijang innova dari bungkus wafer.
Tapi yang sebenarnya dia temukan, adalah segerombolan telur busuk yang tak bertuan, menampakkan dirinya disamping jendela kelas.

Insting saya yang begitu kuat sebagai babu petugas piket, seketika inisiatif untuk memungut semua telur busuk itu untuk dibuang, namun seperti yang saya jelaskan tadi, mawar memang benar-benar mawar.
"Eh zart jangan dibuang dulu telornya, biarin aja disitu." Kata si mawar.
"Ha? Dibiarin aja? Terserah lu lah mbing!" ucap saya... dalem hati.

Saya tidak begitu tertarik dengan apa yang akan dia rencanakan terhadap telur itu, saya sama sekali tidak tertarik. Ini bukan kali pertamanya dia berpola pikir aneh.

Well, 15 menit berlalu, dan bel sekolah berbunyi tanda jam pertama sekolah akan segera dimulai.

Dan rutinitas pun dimulai, duduk-diam-berpura-pura antusias. Itu semua yang saya lakukan saat pelajaran matematika, yaa semua itu karena memang tidak ada rasa tertarik dengan matematika.

Dan, memasuki beberapa menit pelajaran. Peristiwa ini pun terjadi.

Tiba-tiba, tercium bau busuk yang amat sangat sampai-sampai menggelitik seluruh saluran hidung saya, sampai-sampai saya harus menggunakan kalimat hiperbola untuk menjelaskan keadaan ini.

"Astaga, mawar..."



Alhamdulillah, bau busuk ini tidak merusak fungsi otak saya, sehingga saya bisa langsung menebak siapa dalang dibalik bau busuk ini.

Seisi kelas pun langsung berhamburan keluar kelas, mereka bukan lebay, saya kan tadi sudah menjelaskan betapa baunya itu.
"Ini bau apa nak?" kata bapak guru matematika.
"Ada telor busuk paaakkk" sekelas kompak menjawab, saya tidak menjawab, karena bau busuknya bisa saya rasakan melalui langit-langit tenggorokan saya.

Akhirnya...
Kelas pagi itu berhasil disabotase oleh bau telur busuk.

Dari kejauhan, terlihat senyuman licik mawar menyeringai dengan indahnya.