Rabu, 22 April 2020

Seyogianya Sekar

Seyogianya Sekar. Ia menangis kalau tersakiti. Lapar jika lauk pauk lenyap. Gembira bilamana uang kuliah lancar. Tersenyum ketika hatinya senang. Rakus terhadap dialektika. Namun, seyogianya Sekar, massa tubuhnya itu layaknya fanatismeberlebihan dan sukar ideal.

Sekar, engkau mendamprat siapa saja perempuan yang tidak menarik secara fisik, dan berkelit kalau kecantikan mereka bersemayam di hati. Dengan senyuman miring, dihardik kepercayaan itu oleh engkau karena itu semakin membuat perempuan tak kasat mata terhadap kenyataan.

Sekar dipenuhi diksi-diksi puritan, "Kalau tak cantik, akui sajalah!" ucapnya.

Sebagai narator hati yang dikuasai Sekar, kujelaskan beberapa hal perihal perempuan tak berparas cantik ini—mohon maaf, sama sekali bukan ejekan, ini mengutip dari Sekar sendiri.

1
Sekar sama sekali tidak cantik, "Tidak cantik, bukanlah tentu aku jelek, di mana moderat-moderat itu?!" begitulah ucapnya sedari dulu. Kalau saja ada yang menyebutnya jelek, Sekar hanya akan menanggapi dengan, "Yah begitulah, tidak semua hal dapat diraih." Santai sekali perempuan itu. Sikapnya tidak masa bodo, tak acuh secukupnya, responsif sekadarnya, dan lebih dari pada itu, tabiatnya itu yang seperti di pantai.

2
Walaupun yogia, tetapi Sekar amat nihil tersakiti perihal hinaan fisik. Ia takkan berkoar perihal kecantikan yang dari dalam. Perempuan itu, tak pernah setuju kalau ada kecantikan dari dalam. Menurut otaknya itu, ada dimensi yang berbeda di antara baik hati dan cantik. "Cantik dari dalam? Kenapa gemar sekali menciptakan kekonyolan. Temanku yang gendut-gendut itu—sama seperti aku, janganlah cepat tersinggung! Orang gendut dan tersinggung adalah dua kombinasi paling menyusahkan—amat sulit gencatan senjata terhadap dirinya, terus saja menyangkal kenyataan!"

3
Menurut pengakuan Sekar, selama otaknya masih berfungsi dengan baik, ia takkan repot-repot dengan kodrat biologisnya. Namun, profil Sekar sangatlah membumi. Meski berbobot tak ideal, Sekar tak pernah merasa perlu menampilkan apa pun untuk khalayak—demi menutupi kekurangannya, yang secara harfiah adalah kelebihan. Jadi, meski tubuhnya tidak ideal, kepercayaan diri milik Sekarlah yang ideal—memang mustahil untuk ideal pada setiap aspek. Dan hal ini yang perlu dijangkau.

(Bersambung kalau Sekar berkenan)

Label: