Sabtu, 21 September 2013

He Has Lost His Sempak

Menjadi seorang anak kos memang banyak suka dukanya, banyak hal yang tak terduga terjadi, dan banyak juga hal ngawur namun lucu bisa terjadi.
Seperti yang dialami salah satu teman kosku dipagi hari yang agak mendung ini.

“Asem tenan, sempakku hilang meneh!” dia berucap sambil berputar ke segala arah.

Panggil  saja dia Bagong, pagi hari ini dia telah kehilangan salah satu benda pusaka miliknya (baca : sempak), entah ada yang mencuri atau karena dia sendiri yang kebangetan begonya, sehingga sempaknya sendiri lupa dibawanya dari kamar mandi khusus perempuan  - FYI, dia emang sering banget mandi ditempat khusus perempuan, alasannya sih simple : kamar mandinya jauh lebih bersih dan wangi.-

Aku berpikir sejenak, mungkin alasan dia mendeklarasikan hilangnya sempak tersebut dengan berputar kesegala arah, agar seisi kos ini tahu dia telah kehilangan sempak tersebut, dia berpikiran kalo sempak tersebut ada yang mencuri (Siapa juga yang mau mencuri sempak busuk dengan ukuran M tersebut?).

Aku tidak mau diambil pusing olehnya, pagi ini pun aku bergegas mandi, sehabis mandi kulihat ada tumpukan baju milikku yang baru diangkat dari jemuran. Oh iya, akupun tersadar kalo kemarin telah terjadi hujan deras.

“Mas, bajunya udah aku angkatin, kemarin kan hujannya deres banget kayak jaman Nabi Nuh.”

Kutengok kebelakang, ternyata suara teman satu kos ku yang berbicara. Dia memang sungguh teramat lebaynya. Dia bernama mamat, juniorku di kosan ini.

“Bagus mat, kamu memang junior yang baik.” Jawabku.

Tanpa basa basi aku berpakaian dengan apa yang ada ditumpukan baju tersebut. Syukurlah mamat sudah berbaik hati mengangkat baju ini, jika tidak aku terpaksa pergi kesekolah tanpa sempak, karena semua sempak yang ku punya, udah saya cuci habis-habisan kemarin.

Ya sudahlah, kehidupan disekolah telah menunggu.

***
Huah, badan ini serasa remuk melihat jebloknya nilai-nilai sekolahku.
Namun bukan ini yang akan saya bahas pada post kali ini.

Pukul 16.45, waktunya saya untuk membersihkan semua anggota badan ini, ingat! Semuanya!

Kubuka semua baju yang melekat padaku. Sepertinya ada gaya seperti magnet yang terjadi antara mataku dengan anggota badan bawah milikku, namun yang menjadi objek penglihatanku adalah sebuah sempak yang aku kenakan. Disitu telah tertulis jelas dengan spidol permanen : BAGONG.
Sudah jelas, mamat sialan tersebut salah mengangkat sempak! Sekarang, saya telah positif terjangkit panu yang telah berevolusi.

Huah…

Sabtu, 07 September 2013

Tradisi Ketika Ulang Tahun



Hari ulang tahun adalah hari yang (setidaknya) ditunggu-tunggu semua orang. Pada hari ulang tahun tampak seperti ada atmosfir berbeda dalam hidup, walaupun jujur saya akui, selama hidup 15 tahun di bumi Allah ini, saya belum pernah sekalipun merayakan ulang tahun saya sendiri.


Keluarga saya tidak pernah mengajarkan adanya perayaan pada hari ulang tahun, ayah saya sendiri pernah bilang : “Kita cuma punya 2 hari yang harus dirayakan, yaitu hari raya idul fitri dan idul adha.”
Didikan orang tua saya, sangat membekas dalam di hati saya, saya selalu tidak membenarkan ketika ada seorang yang berulang tahun dan merayakannya dengan culmination meniup lilin diatas kue.

Mungkin saya bukan hanya sekedar tidak suka, namun sebagai sarana menghibur diri.
Ketika melihat orang lain berulang tahun (dan dirayakan), saya mendadak membenci kegiatan tersebut, sekaligus ada rasa iri didalam hati saya : “Mengapa saya tidak pernah bisa merayakan hari ulang tahun saya seperti halnya orang itu?”

Oleh karena itu, saya ingin menulis tentang beberapa hal  yang remaja lakukan ketika berulang tahun, yang (jujur) saya sendiri membencinya :

Yang Pertama

Beli 2 kilo tepung/sagu/terigu dan telur 1 karpet. Bukan, mereka bukan berencana membuat kue ulang tahun sendiri  (siapa juga yang mau membuat kue dengan sagu?), semua bahan tersebut mereka jadikan bahan mainan, cara mainnya mudah kok, hanya tinggal melempar telur/tepung tersebut kearah orang yang berulang tahun. Alhasil, baju sekolah yang seharusnya jadi kebanggaan seorang pelajar, malah menjadi kotor dan bau, dan sungguh kasian bagi anak kos seperti saya ini jika mengalami hal tersebut, mungkin Rinso kekuatan 10 tangan yang saya beli di Indomaret terdekat juga tidak akan mampu membersihkannya.

Pada kasus yang agak ekstrim, pelajar-pelajar yang bisa dikatakan idiot ini juga tidak puas jika hanya bermain dengan telur, kotak sampah didepan kelas pun jadi.
Pengalaman saya ketika itu, seorang kakak kelas yang berulang tahun dengan zalimnya dikerjai bukan hanya dengan telur, namun dengan kotak sampah beserta isinya, saya tidak bisa bayangkan betapa busuknya kotak sampah (beserta isinya) tersebut.

Bagaimanakah perasaan seekor ayam, jika dia tahu bahwa telur yang dia hasilkan demi mengenyangkan umat manusia, malah digunakan sebagai mainan.
Jika setiap hari ada pelajar yang berulang tahun, saya khawatir akan terjadi krisis telur ayam massal. Untuk menghindari hal itu, saya tidak pernah menggunakan telur untuk dilempar, sebagai gantinya, saya mengunakan benda yang mirip dengan telur dan lebih murah (atau tidak berharga) daripada telur (baca : batu), cara ini berhasil, berhasil membuat saya kesulitan berjalan -Si orang sialan yang berulang tahun tersebut tidak terima saya lempar dengan batu, waktu itu emosi labilnya sudah mencapai batas, alhasil benda apapun yang ada disekelilingnya pasti dia gunakan untuk memukul saya, Alhamdulillah benda terdekat dengan dia saat itu adalah sebuah gitar-.

Yang Kedua

Hari ulang tahun, biasanya dijadikan ajang bagi para manusia yang berulang tahun, untuk menyenangkan hati teman-temanya. Cara-untuk-menyenangkan-hati-temannya tersebut yang saya maksud tidak lain adalah MENTRAKTIR.

Entah kenapa, TRAKTIR adalah salah satu kata yang tabu bagi saya, bahkan jauh sebelum saya menjadi bagian dari KONGES (Anak kos ngenes), saya menjauhi teman yang mengucapkan kata traktir kearah saya (itu berarti dia minta saya traktir) dan saya mendadak mendekati teman yang menggucapkan kata traktir kearahnya (itu berarti dia mengajukan diri untuk mentraktir saya) kalo ini namanya pecinta gratisan :D.

Menurut survey yang saya lakukan kepada diri saya sendiri, anak kos cenderung menghindar dari teman-temannya ketika dia berulang tahun.
Faktor utamanya adalah kesengsaraan hidup selama 1 bulan penuh yang diderita (baca : kelaparan) seorang anak kos, jika hanya dalam 1 hari, uangnya habis hanya untuk tradisi traktir ini.

Di beberapa kasus dalam hidup saya, seorang teman saya (yang juga merupakan anggota KONGES) mengajukan dirinya untuk mentraktir saya dihari ulang tahunnya, saya sontak terkejut.
Apakah dia tidak memikirnya teori idiot brilian saya? :

“Air yang sudah ditampung selama 1 bulan, akan habis selama 1 hari jika tempat penampungnya dibolongi, volume lubang berpengaruh pada kecepatan habisnya air.”

Teori tersebut saya beri nama, Teori Relativitas Traktir (TRT)
Air : jatah uang 1 bulan anggota KONGES

Seiring berjalannya waktu, saya menyadari teori saya masih punya kekurangan, lalu saya membuat revisinya menjadi Teori Relativitas Traktir II (TRT II) :

“Teori ini hanya bekerja jika kamu tidak mengerti cara menambal kebocoran penampungnya.”

Oh ya sekian dulu ya,  ^^