Rabu, 11 November 2020

Memangnya, Siapa Orang yang Ingin Tersandung?

Aku menulis ini, seperti menerobos lalu-lalang keseharian dan menyempatkan sebisa mungkin. Tanpa begitu memperhatikan, tanpa terlalu mengkhawatirkan, tanpa perlu mengupayakan. Dan ketiga hal tersebut, akan aku mulai perlahan di bagian selanjutnya.

Ocid dan aku, berbagi keluh-kesah yang sama. Katanya, dia amat menunggu di suatu hari nanti, kami berdua akan duduk bersama, dan mentertawakan hari ini. Ocid dengan bagian-bagian skripsinya yang hilang, aku dengan jegalan yang kubikin sendiri.

Aku ingin merangkai kata-kata tak acuh, tetapi aku belum tak acuh.

-

Cid, lo pernah bilang, kalau nanti kita berdua, di masa depan yang entah kapan, akan berbincang dan tertawa terhadap kekonyolan masa ini. Gua sungguh berharap, hari itu akan tiba. Kita berdua memang hanya alga-alga kecil yang sedang mencari tempat terbaiknya di dunia, di antara makhluk-makhluk besar lainnya.

Gua masih berupaya keluar dari tanggung jawab akademik ini. Mungkin gua terlalu menikmati menulis, sampai melupakan kewajiban pada status ini. Namun, itu semua gua lakukan karena keadaan minim materi, alias miskin. Gua tahu, dengan sepak terjang ini, gua dapat meraih mimpi-mimpi itu, tetapi entah berapa kewarasan yang akan dikorbankan.

Semua orang punya pendapat tentang semuanya, gua ingin berdamai dengan semua hal dari mereka yang tentang gua.

-

Aku tidak tahu, sampai kapan kita akan sebagai kawan. Namun, terima kasih sudah menyempatkan diri mengenalku.