Kamis, 20 Desember 2018

'Menjadi diri sendiri' adalah sebuah kekonyolan

Oleh Jaila Jimkins

Hay, namaku Jaila, sudah berapa kali kukatakan kepada Mizzart Al-Fatih bahwa aku ingin menyampaikan pendapatku. Namun, aku hanya diri dalam tubuhnya, masih amat jarang aku muncul, yang bisa kulakukan hanya menyaksikannya mengendalikan tubuhnya itu sesuka hatinya, tanpa paham bahwa ada diri-diri lain dalam dirinya yang juga ingin menjadi pilot atas tubuhnya itu.

Baiklah, Mizzart Al-Fatih, tolong dengan sangat untuk tidak menghapus ini ketika kau sadar nanti, karena aku ingin menyampaikan sesuatu yang menurutku penting untuk dipahami.

Sudah lama aku mendengar ungkapan "Jadilah diri sendiri" yang menurutku mengandung sebuah absurditas yang abstrak, tak terdefinisikan jelas, tak ada indikator yang jelas tentang bagaimana menjadi diri sendiri -Sesuai dengan mata kuliah metode kuantitatifmu itu kan?

Sebentar, sebelum aku menulis panjang lebar, siapa panggilanmu? Apakah itu Mizzart? Atau Fatih? Karena ada kekacauan pemanggilan nama di kehidupanmu itu, benar kan? Kau dapat membalas ini nanti, namun kuasumsikan kalau kau lebih suka dipanggil Fatih, baiklah itu panggilanmu sekarang. Aku? Panggil saja aku Jaila.

Menjadi diri sendiri itu tak mungkin karena tidak ada konsep diri yang orisinil. Cara kamu bersikap, bertingkah laku, berperingai, sedikit banyak dipengaruhi lingkungan sosialmu. Maka aku bilang tidak mungkin kau menjadi diri sendiri. Ada milyaran orang di bumi, dan kau pikir kau bisa menjadi diri sendiri? Sungguh konyol.

Apa yang membuat sebuah sikap itu menjadi milikmu? Atau milik orang lain? Tak ada!
Aku telah menyaksikan banyak orang tertawa, berpura-pura tertarik dengan ucapan orang lain, berlagak ramah dengan menyapa ketika berpapasan. Itu semua palsu? Tidak! Memang seperti itu dunia! Kau mengharapkan kemurnian? Kau mencari di tempat yang salah.

Jadi, janganlah menjadi diri sendiri, jadilah diri yang perlu.

Label: